web analytics

WAKIL GUBERNUR RIAU HARAPKAN UIN SUSKA RIAU JADI GARDA TERDEPAN DALAM MODERASI BERAGAMA

uin-suska.ac.id Pelaksanaan wisuda secara online dan ofline di Universitas Islam Negeri (UIN) Suska Riau pada hari kedua menghadirkan narasumber untuk orasi ilmiah Wakil Gubernur Riau(Wagubri)  Brigadir Jendral (Purn) Edy Natar Nasution, S.I.P. Sebelum para alumni dilepas dan terjun langsung ketengah-tengah masyarakat, UIN Suska Riau kembali membekali mereka pada acara wisuda dalam bentuk orasi ilmiah. Orasi yang diberi tema tema “Moderasi Beragama untuk Kebangsaan dan ke Indonesian” disampaikan pada kegiatan wisuda priode IV Tahun Akademik 2020/2021 Selasa (22/06/2020).

IMG_6636

Diawal orasinya Wagubri menyampaikan ucapan selamat kepada para wisudawan/ti karena ini merupakan langkah awal untuk memasuki gerbang pengabdian yang baru dalam melaksanakan Tridarma Perguruan Tinggi. Sebagai generasi penerus bangsa sekaligus calon-calon pemimpin masa depan, kami semua berharap kiranya ilmu pengetahuan yang didapat selama menempuh pendidikan di universitas ini dapat menjadi sumber inspirasi dan motivasi dalam mendarmabhaktikan diri pada keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara. Selanjutnya, Wagubri juga mengapresiasi UIN Suska Riau yang telah melaunching Rumah Moderasi Beragama (RMB) ke 23 se-Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) di Indonesia. semoga komitmen segenap civitas akademika UIN Suska Riau untuk terus mengaplikasikan moderasi beragama dalam bingkai akademik tanpa mengabaikan realitas sosial yang beragam, yang terjadi ditengah-tengah masyarakat, Jelas Wagubri.

Menyingggung soal moderasi beragama Wagubri menjelaskan dengan bangsa yag besar dengan keragaman atau kemajemukan mencakup perbedaan budaya, agama, ras, bahasa, suku, tradisi dan sebagainya diperlukan pemahaman dan kesadaran multibudaya yang menghargai perbedaan, kemajemukan dan kemauan berinteraksi dengan siapapun secara adil. Diperlukan sikap moderasi beragama berupa pengakuan atas keberadaan pihak lain, memiliki sikap toleran, penghormatan atas perbedaan pendapat dan tidak memaksakan kehendak dengan cara kekerasan karena sesungguhnya para  pakar menyimpulkan makna yang terkandung moderasi beragama, yaitu: sesuatu yang ada di tengah, menjaga dari sikap melampaui batas (ifrath) dan dari sikap mengurangi ajaran agama (tafrith), terpilih, adil dan seimbang. Sehingga Rumah Moderasi Beragama UIN Suska Riau menjadi tempat candradimuka para mubalig, penyuluh, dan guru-guru yang moderat dan berperan besar dalam bidang pemikiran Islam, untuk terus memperkenalkan, menggelorakan, dan merawat tradisi serta mengembangkan keilmuan dan pemikiran Islam yang rahmatan lil‘alamin, terang Wagubri.

IMG_6613

Lebih lanjut Wagubri menjelaskan bahwa ada 4 pilar kebangsaan Indonesia, yakni Pancasila, UUD 1945, Bhineka Tunggal Ika, NKRI. Namun di luar keempat pilar itu, agama berfungsi menjadi sumber nilai, sumber moral  yang secara subtansi integral  mewarnai. Dengan kebebasan berbicara, masuknya aliran trans nasional, keterbukaan informasi misal media sosial. Sehingga menjadikan semua orang seakan bebas berbicara di ruang publik (public space), bebas menyebarkan informasi (public share), sehingga terjadi “perang” informasi yang berwujud pada opini publik (public opinion) bahkan post truth. Untuk hal semacam ini kita perlu memahami Surat Al Hujurat ayat 6, “Wahai orang-orang yang beriman, jika seseorang yang fasik datang membawa suatu berita, maka telitilah kebenarannya, agar kamu tidak mencelakakan satu kaum karena kebodohan (kecerobohan), yang akhirnya kamu menyesali perbuatanmu itu.”

Dengan demikian konsep berfikir tersebut diharapkan terciptanya kerukunan antar umat beragama, dan diharapkan pula membawa kemajuan bagi negeri ini. Kemudian diharapkan kepada saudara-saudara para alumni UIN Suska Riau untuk  memaknai konsep ini secara baik dan mengaplikasikannya  secara maksimal ditengah masyarakat. sehingga dapat memberikan edukasi kepada masyarakat bahwa kebebasan berpendapat dan berekspresi bukan tanpa batasan. namun ada norma-norma yang mengaturnya. Seperti norma agama, norma hukum dan norma adat.

Untuk itu, kampanye moderasi beragama dalam menekan intoleransi, saya berharap mesti dimulai dari para pendidik di institusi pendidikan, lebih khusus pada UIN Suska Riau. Sebab, bukan tidak mungkin virus intoleransi banyak berkembang melalui pendidikan. Setidaknya tiga alasan utama mengapa kita perlu moderasi beragama: Pertama, salah satu esensi kehadiran agama adalah untuk menjaga martabat manusia sebagai makhluk mulia ciptaan Tuhan, termasuk menjaga untuk tidak menghilangkan nyawanya. Itu mengapa setiap agama selalu membawa misi damai dan keselamatan. Kedua, konflik adalah hal yang tak terelakkan. Kompleksitas kehidupan manusia dan agama seperti itu terjadi di berbagai belahan dunia, tidak saja di Indonesia dan Asia, melainkan juga di berbagai belahan dunia lainnya. Ketiga, moderasi beragama diperlukan sebagai strategi kebudayaan kita dalam merawat keindonesiaan

Sehingga dipenghujung oranya Wagubri berpesan dan mengajak kita semua dan khususnya kepada wisudawan/i, untuk terus konsisten dan memegang teguh nilai-nilai kejuangan, meneruskan nilai-nilai luhur bangsa, membantu negeri ini mencapai cita-cita bangsa.

IMG_6579 IMG_6578

 

Penulis : M. Huzaini

Foto : Sukmawati

Editor : Kasubag Humas