Post Views: 277
uin-suska.ac.id Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim (UIN Suska) Riau kembali menunjukkan komitmennya dalam mengembangkan integrasi keilmuan Islam dan sains melalui kegiatan Seminar Insersi Ekoteologi dalam Kurikulum di UIN Suska Riau, Senin (10/11/2025). Kegiatan ini berlangsung di Ruang Rapat Senat, Lt.5, dengan menghadirkan narasumber, Asep Muhamad Iqbal, MA., Ph.D., dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Seminar ini dihadiri oleh para Dekan, Wakil Dekan Bidang Akademik dan Pengembangan Lembaga, ketua program studi, serta dosen.
Seminar ini secara resmi dibuka oleh Wakil Rektor Bidang Akademik dan Pengembangan Lembaga, Prof. H. Raihani, M.Ed., Ph.D. Dalam sambutannya, beliau menegaskan pentingnya memasukkan Ekoteologi sebagai bagian dari kurikulum PTKIN. Menurutnya, pendidikan tinggi Islam harus berperan sebagai solusi terhadap krisis lingkungan global dengan mengintegrasikan nilai-nilai keislaman dan kesadaran ekologis ke dalam proses pembelajaran.
“Ekoteologi bukan sekadar kajian etika lingkungan, melainkan harus menjadi gerakan akademik dan spiritual yang tertanam dalam kurikulum kita. Ini merupakan implementasi langsung dari program prioritas Kementerian Agama RI dalam memperkuat integrasi ilmu dan agama, serta respons konkret terhadap isu keberlanjutan global,” ujar Prof. Raihani.
Lebih jauh, Prof. Raihani menegaskan bahwa pengintegrasian Ekoteologi ke dalam kurikulum bukanlah penambahan mata kuliah baru, melainkan penguatan nilai dan perspektif keislaman dalam capaian pembelajaran yang relevan di berbagai program studi. Pada kesempatan yang sama, beliau juga menyampaikan bahwa UIN Suska Riau bertekad mengimplementasikan program Green Campus sekaligus meningkatkan akreditasi internasional melalui Times Higher Education (THE) Impact Ranking.
Dalam paparan ilmiahnya, Asep Muhamad Iqbal, Ph.D., menjelaskan bahwa ekoteologi merupakan cabang teologi konstruktif yang mengkaji hubungan antara agama dan alam di tengah krisis ekologi global. Ia menyatakan bahwa pendekatan ini berangkat dari kesadaran bahwa pandangan spiritual dan duniawi manusia sangat memengaruhi perilaku terhadap alam. “Islamic Ecotheology mengajarkan bahwa alam adalah ayat Tuhan yang memiliki nilai intrinsik. Menjaga bumi berarti menjaga amanah dan memuliakan ciptaan Allah,” jelas Dr. Asep.
Ia menambahkan bahwa tokoh Muslim seperti Seyyed Hossein Nasr telah lama menekankan pentingnya “re-sacralising nature,” yaitu mengembalikan kesadaran spiritual tentang kesucian alam yang hilang akibat dominasi sains modern yang bersifat sekuler. Melalui pendekatan ini, PTKIN diharapkan mampu membentuk generasi akademisi yang memiliki eco-literacy, kesadaran moral-spiritual, dan keterampilan praktis dalam menjaga keberlanjutan lingkungan.
Selain itu, insersi ekoteologi dalam kurikulum tidak hanya berorientasi pada efisiensi energi, pengelolaan sampah, dan pelestarian lingkungan kampus, tetapi juga mencakup penguatan budaya akademik berkelanjutan yang melibatkan seluruh sivitas akademika. “Melalui semangat green campus dan penerapan ekoteologi, UIN Suska Riau diharapkan menjadi kampus yang tidak hanya unggul secara akademik, tetapi juga mampu memberikan kontribusi nyata terhadap pelestarian lingkungan dan pembangunan berkelanjutan,” tambahnya.
Kegiatan ini juga menegaskan bahwa UIN Suska Riau tidak hanya interested in ecotheology, tetapi juga actively involved in the movement, bergerak bersama masyarakat akademik dan pemangku kepentingan dalam membangun peradaban Islam yang ramah lingkungan, berkelanjutan, dan berorientasi masa depan.