Post Views: 308
uin-suska.ac.id Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim (UIN Suska) Riau sukses menyelenggarakan Seminar Internasional pada Kamis, 30 Oktober 2025. Kegiatan ini menegaskan komitmen kampus dalam penguatan tradisi akademik melalui pengembangan keilmuan yang mengintegrasikan sains dan Islam. Seminar tersebut mengangkat tema utama “Decolonisation of Social Sciences and Humanities in the Framework of Science and Islam Integration.”
Acara ilmiah bergengsi ini dilaksanakan di Auditorium Lt. 5 Gedung Rektorat UIN Suska Riau. Seminar dihadiri oleh pimpinan universitas dan fakultas, para dosen, mahasiswa Pascasarjana dan Sarjana, serta tenaga kependidikan di lingkungan UIN Suska Riau.
Seminar Internasional ini menghadirkan dua pakar terkemuka sebagai narasumber: Prof. Dr. Zaharah Hussin dari Faculty of Education, Universiti Malaya (Malaysia) dan Prof. Dr. Moch. Nur Ichwan dari UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Jalannya diskusi dipandu secara langsung oleh Dr. Lisya Chairani, S.Psi., M.A., Psikolog, yang merupakan Dekan Fakultas Psikologi UIN Suska Riau.
Dalam sambutannya, Prof. Dr. H. Raihani, M.Ed., Ph.D., selaku Wakil Rektor Bidang Akademik dan Pengembangan Lembaga, menekankan pentingnya keterbukaan institusi. Beliau menyatakan, “Kita harus terbuka untuk belajar dari praktik baik universitas di dalam maupun luar negeri demi kemajuan dan pengembangan UIN Suska Riau.” Ia juga mendorong penguatan pendekatan induktif dalam riset dan pembelajaran untuk meningkatkan mutu akademik berbasis nilai Islam.
Beliau juga menegaskan bahwa upaya integrasi sains dan Islam memiliki hubungan erat dengan agenda dekolonisasi ilmu sosial dan humaniora. Menurutnya, dekolonisasi bukan hanya membebaskan ilmu dari warisan kolonial Barat, tetapi juga mereposisi cara berpikir agar lebih kontekstual dan berakar pada nilai-nilai ketauhidan.
Prof. Dr. Zaharah Hussin dalam pemaparannya menguraikan bahwa kolonialisme telah membentuk cara berpikir dan sistem pendidikan yang masih berorientasi pada paradigma Barat. Untuk itu, proses dekolonisasi pendidikan harus dimulai dengan menginfuskan pandangan dunia Islam (Islamic Worldview) ke dalam disiplin ilmu dan menghadirkan kembali suara cendekiawan lokal, seperti Hamka dan Syed Muhammad Naquib al-Attas. Ia juga menyoroti pentingnya perubahan paradigma pedagogi dari sekadar transmission of knowledge (transfer pengetahuan) menuju transformation of learners (transformasi pembelajar), yang mendorong refleksi (tafakkur, tadabbur) serta keterlibatan sosial.
Sementara itu, Prof. Dr. Moch. Nur Ichwan menyampaikan materi berjudul “Teori Sosial, Dekolonisasi, dan Etos Keilmuan.” Ia menjelaskan bahwa kolonisasi pikiran dan pengetahuan menimbulkan epistemic violence (kekerasan epistemik) dan penghilangan suara serta epistemologi lokal. Prof. Ichwan memperkenalkan konsep Dekolonisasi Etis, yakni pembangunan hubungan etis antartradisi keilmuan, alih-alih hanya mengganti epistemologi Barat dengan non-Barat. Pendekatan ini menuntut ilmuwan Muslim untuk menegakkan maqashid al-‘ulum (tujuan ilmu), niyyah al-ta’allum (niat belajar), dan adab al-‘ilm (etika keilmuan) dalam praktik akademik.
Beliau juga mengutip kontribusi pemikir Muslim seperti Syed Hussein Alatas, Kuntowijoyo, Ismail Raji al-Faruqi, dan M. Amin Abdullah. Kontribusi mereka—mulai dari Islamisasi pengetahuan, ilmu sosial profetik, hingga integrasi-interkoneksi ilmu dan Islam—dijadikan sebagai langkah konkret menuju dekolonisasi ilmu sosial dan humaniora.
Menutup kegiatan, Dr. Lisya Chairani menyatakan bahwa seminar internasional ini diharapkan tidak hanya memperkaya khazanah akademik. Lebih dari itu, acara ini menjadi momentum penting bagi seluruh sivitas akademika UIN Suska Riau untuk memperkuat jati diri keilmuan yang mandiri dan berakar pada nilai-nilai Islam Nusantara.