Post Views: 417

uin-suska.ac.id-Suasana penuh kehangatan namun tetap menjunjung tinggi nilai-nilai tradisi menyelimuti Istana Kedatuan Luwu, Kota Palopo, Sulawesi Selatan, pada Jumat, 3 Oktober 2025. Perhelatan agung berupa penganugerahan gelar kehormatan adat Luwu kepada Menteri Agama Republik Indonesia, Prof. Dr. H. Nasaruddin Umar, MA, sukses diselenggarakan dengan khidmat. Turut hadir dalam momen bersejarah ini, Rektor Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim (UIN Suska) Riau, Prof. Dr. Hj. Leny Nofianti MS, SE, M.Si, Ak., yang kehadirannya menegaskan dukungan penuh komunitas akademisi PTAIN terhadap sinergi antara agama, budaya, dan negara.
Dalam prosesi yang kaya akan kearifan lokal tersebut, Prof. Nasaruddin Umar secara resmi dianugerahi gelar adat yang sarat makna, yakni “To Makkadangnge ri Labutikka”. Gelar tersebut, yang secara harfiah dapat dimaknai sebagai “yang berpegang teguh pada kiblat”, diberikan sebagai pengakuan tulus dari Kedatuan Luwu atas dedikasi luar biasa beliau. Kontribusi yang diakui mencakup upaya penguatan pendidikan, penyebaran dakwah yang moderat, peneguhan nilai-nilai keislaman, serta peran aktif dalam memperkaya kehidupan sosial-budaya masyarakat Indonesia.
Kehadiran Rektor UIN Suska Riau, di tengah para tokoh adat, pejabat pemerintah daerah, dan akademisi lainnya, merupakan hal yang sangat membahagiakan UIN Suska Riau. Beliau menyampaikan rasa bangga yang mendalam atas pengakuan kultural tersebut.
“Ini adalah momentum yang sangat membanggakan, tidak hanya bagi Prof. Nasaruddin Umar secara personal, tetapi juga bagi seluruh civitas akademika di lingkungan Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTAIN) se-Indonesia,” ujar Prof. Leny Nofianti. “Penghargaan ini sesungguhnya adalah cerminan pengakuan Kedatuan Luwu terhadap peran strategis akademisi dan ulama dalam menjembatani modernitas dengan tradisi, memastikan bahwa kearifan lokal tidak luntur di tengah derasnya arus globalisasi.”
Prof. Leny Nofianti lebih lanjut menekankan bahwa kehadiran UIN Suska Riau di Palopo merupakan manifestasi nyata dari komitmen universitas untuk selalu mendukung program-program Kementerian Agama, khususnya yang berkaitan dengan pemajuan budaya dan kerukunan umat.
“Gelar ‘To Makkadangnge ri Labutikka’ ini memberikan pesan kepada kita, yakni bahwa seorang akademisi, seperti halnya seluruh elemen bangsa, tidak hanya memiliki tanggung jawab keilmuan di ruang-ruang kuliah, melainkan juga memikul tanggung jawab sosial dan kultural yang besar. Tanggung jawab ini adalah menjaga harmoni yang telah terajut indah antara agama, budaya, dan masyarakat adat,” papar Rektor.
Bagi UIN Suska Riau sendiri, momen bersejarah di Kedatuan Luwu ini semakin mempertegas visi kelembagaan untuk terus mengembangkan keilmuan Islam yang berakar kuat pada nilai-nilai lokal Melayu Riau, namun tetap memiliki orientasi yang global. Komitmen ini diwujudkan melalui berbagai program akademik, penelitian, dan pengabdian masyarakat yang bertujuan mengintegrasikan studi keislaman dengan kearifan budaya tempatan.
“Melalui sinergi antara perguruan tinggi, tokoh agama, dan masyarakat adat, kita dapat memastikan kekayaan budaya Nusantara—dari Tanah Melayu Riau hingga Kedatuan Luwu di Sulawesi—akan terus lestari dan menjadi benteng moral bangsa dalam menghadapi berbagai tantangan zaman,” pungkas Rektor UIN Suska Riau tersebut.
Prosesi penganugerahan ditutup dengan rangkaian adat khas Luwu, mulai dari doa restu, hingga penyematan mahkota adat dan keris kehormatan kepada Menteri Agama. Keseluruhan acara ini tidak hanya merayakan pengakuan terhadap seorang tokoh nasional, tetapi juga merayakan kekayaan budaya Nusantara yang wajib dijaga bersama.