Post Views: 1,599

Jumat, 25 Juli 2025 — Kementerian Agama Republik Indonesia resmi meluncurkan Kurikulum Berbasis Cinta (KBC) pada Kamis, 24 Juli 2025, bertempat di Asrama Haji Sudiang, Makassar. Inisiatif ini merupakan langkah strategis dalam menyusun ulang orientasi pendidikan Islam yang tak hanya mentransfer ilmu, tetapi juga menanamkan nilai cinta, kebersamaan, serta tanggung jawab ekologis sejak jenjang pendidikan dasar hingga perguruan tinggi.
Menurut Menteri Agama Nasaruddin Umar, tujuan utama KBC adalah memperkuat nilai toleransi dan harmoni sosial. “Jangan sampai kita mengajarkan agama, tapi tanpa sadar menanamkan benih kebencian kepada yang berbeda,” tegasnya dalam peluncuran tersebut. Pendekatan ini tidak hanya mencakup konten ajar, tetapi juga penguatan spirit pendidikan yang berorientasi pada nilai-nilai cinta universal, yakni cinta kepada Tuhan, sesama, ilmu pengetahuan, lingkungan, serta tanah air.
Sejak Januari 2025, KBC telah dikembangkan melalui sejumlah tahap revisi dan uji publik yang melibatkan ribuan pemangku kepentingan dari berbagai latar dan institusi pendidikan Islam. Proses panjang yang terdiri atas lima tahapan ini juga melibatkan kepala madrasah, guru, akademisi nasional, hingga tokoh internasional, sehingga menciptakan ekosistem pendidikan yang inklusif dan kolaboratif.
Panduan resmi KBC kini telah diserahkan secara simbolis kepada para guru sebagai sumber rujukan integrasi nilai cinta dalam praktik belajar mengajar. Panduan ini akan diterapkan tidak hanya dalam pelajaran agama, tetapi juga lintas mata pelajaran dalam seluruh jenjang pendidikan Islam.
Dalam kegiatan tersebut, hadir pula Direktur Jenderal Pendidikan Islam, para rektor Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri, serta pejabat Kementerian Agama dari berbagai daerah. Peluncuran dilakukan secara luring dan daring, menandai komitmen implementasi kurikulum secara nasional dan partisipatif.
Rektor UIN Suska Riau, Prof. Dr. Hj. Leny Nofianti MS, S.E., M.Si., menyampaikan dukungan penuh terhadap Kurikulum Berbasis Cinta. Ia menilai bahwa implementasi KBC di lingkungan perguruan tinggi menjadi sangat penting untuk membentuk lulusan yang tidak hanya unggul secara intelektual, tetapi juga matang secara emosional dan spiritual. Menurutnya, kurikulum ini akan membekali mahasiswa dengan kepekaan sosial tinggi, bersikap inklusif, serta berorientasi pada kesejahteraan bersama.
“Kurikulum Berbasis Cinta ini akan berdampak positif bagi para mahasiswa. Lulusan UIN Suska Riau akan menjadi generasi yang penuh prinsip berkasih sayang dengan sesama, inklusif, dan bersosial tinggi. Kami siap mendukung serta mengimplementasikan Kurikulum Berbasis Cinta,” ujarnya penuh keyakinan.
Komitmen tersebut menunjukkan bahwa UIN Suska Riau berazam kuat untuk menjadi pelopor pendidikan yang tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga mendalam dalam nilai-nilai kemanusiaan. Atas dukungan penuh rektor, transformasi pendidikan menuju paradigma lebih humanis ini dinilai bukan sekadar wacana melainkan gerakan nyata demi masa depan bangsa yang beradab dan penuh kasih.
Dengan kurikulum ini, UIN Suska Riau diharapkan akan menjadi bagian dari gerakan nasional yang menciptakan generasi milenial berkarakter: cerdas, empatik, toleran, serta responsif terhadap tantangan sosial, lingkungan, dan keberagaman.