web analytics

Mencermati Psiko Sosial Jemaah Haji

Dinamika haji tahun ini memang sangat pelik, terutama kaitannya dengan tag line “ramah lansia”.  Lansia, yang notabenenya orang yang dengan keterbatasan baik fisik, materi, dan yang paling penting adalah psikologis. Keterbatasan disisi usia dengan spirit para lansia menjadi kuat, justeru didorong keinginan dari dalam diri berhaji. Di sinilah letaknya penting petugas pendamping haji. Gus Menteri Yaqut Kholil Qoumas sebagai personal tentulah mungkin manusia biasa, tetapi ketegasan itulah yang teladan. Satu statemen yang membuat petugas pendamping haji merinding, di mana beliau menyampaikan “Jika tidak ada yang menghormati dan menghargai kerja keras, tidak kenal lelah dan berjibaku petugas haji, maka saya yang bersujud untuk menunjukkan bahwa mereka adalah ikhlas melayani jamaah Indonesia penuh integritas,” ujarnya sambil matanya berkaca-kaca. Terlihat para lansia berupaya keras memenuhi ibadah haji sekalipun kemudian ada  mereka yang harus menyerah dan menunggu bala bantuan dari pendamping dan petugas yang sangat sigap dan cekatan itu. Inilah yang membuat Amirul Hajj Menteri Agama berempati pada integritas petugas. Bahkan beliau, langsung perintahkan ke Dirjen PHU, agar memberikan tenda Amirul Hajj kepada petugas haji, “mereka butuh istirahat, mereka perlu sehat” tegas Gus Menteri. Jamaah lansia perlu perhatian semua orang. Jika diilustrasikan kepada anak yatim yang mereka ditinggal ayah, tetapi mereka mendapat perhatian dari banyak ayah-ayah yang lain untuk mencukupkan kebutuhannya.

Anak yatim tetap dapat hidup seperti layaknya anak-anak yang masih memiliki orang tua, seperti kebutuhan fisiologis dan pendidikan juga. Maka para lansia terkhusus tag line ramah lansia dimaksudkan adalah mereka memiliki banyak jamaah yang kuat, pendamping, dan petugas haji yang mereka siap meringankan tangan dan kaki membantu prosesi haji para lansia ini. Tema ramah lansia, seolah cerminan kesantunan masyarakat Indonesia yang bukan saja berempati, bahkan bertekad dan senang bisa membantu. Para jamaah, pendamping lansia, dan petugas haji terutamanya hampir lupa kapan waktu makan dan istirahat. Berikan space tempat dan waktu istirahat, Gus Menteri memberi mengingatkan dan apreasiasi kepada petugas yang kelihatan mulai kendur dan lelah. Ibadah haji butuh keikhlasan, tanpa pamrih. Tetapi Allah membalas spontan dengan ganjaran yang tiada terhitung nilainya.

Terdeskripsi baik pada petugas maupun jamaah yang melakukan pelayanan terhadap siapapun yang membutuhkan dari jamaah haji, terbaca dimudahkan urusannya. Keikhlasan adalah kata kunci dalam ibadah haji dan ibadah lainnya. Ibadah haji bernilai tauhidulllah dan tauhidul ummah. Tauhidulllah dimaksudkan di mana muhaji bertalbiyah, bertasbih, bertahmid, bertakbir, dan bertahlil dalam setiap langkah, gerak bibir dan hatinya. Sedangkan tauhidul ummah adalah layanan sosial yang saling membantu, menghargai, menghormati, kesamaan yang tidak dapat dibedakan oleh warna kulit, paras, dan wajah. Ibadah haji adalah solidaritas sosial yang terukur, tidak ada beda pejabat dengan non pejabat, orang kaya dan miskin, warnanya hanya ada satu yaitu suci dalam ketaqwaan kepada Allah SWT. Pada satu riwayat Rasulullah sangat marah kepada Muaz ibn Jabal, ketika mendengar ucapan yang dilontarkan kepada Bilal bin Rabah sebagai anak perempuan hitam. Rasulullah menegaskan tidak ada perbedaan antara kulit hitam dengan putih. Mendengar kemarahan Rasulullah tersebut, Muaz ibn Jabal meletakkan pipihnya di tanah dan meminta bilal menginjaknya.Ibadah haji adalah kesetaraan, keseragaman dalam keragaman suku dan bangsa. Tetapi muhaji disatukan oleh satu tujuan yaitu memperoleh haji mabrur. Haji mabrur terelaknya muhaji dari maksiat, fasiq, jidal, bergibah, angkuh, dendam, dan hasad. Haji mabrur merupakan implementasi kesadaran muhaji yang terhindar dari sifat dan penyakit hati nenuju kesehatan jiwa yang tenang, berempati, bersimpati, asertif, memiliki sense belonging, ikhlas, sabar, tawaddhu’, dan bertawakal. Pancaran haji mabrur yang melekat pada muhaji tercermin kukuh pada ekspresi, kejiwaan yang tenang, dan jasmani yang sehat. Haji mabrur untuk Indonesia sehat, berkah, dan bermartabat. Allahua’lam bisshowab.***

Telah terbit Riau Pos Edisi Rabu, 19 Juli 2023