web analytics

Miliki Benteng Terkokoh (Hidayatullah Ismail)

Ketua Prodi Hukum Keluarga Pasca sarjana UIN Suska

Jika ada benteng yang paling kokoh, yang bisa menyelamatkan generasi dari gempuran fitnah syubhat dan syahwat di akhir zaman ini maka kita akan tahu jawabannya adalah iman. Jika ada suplemen manjur untuk memperbaiki generasi dari kemunduran dan kemerosotan prestasi serta moral, maka kita tahu bahwa jawabannya adalah iman. Jika kita mencari sebuah jaminan pasti keselamatan hidup dunia dan akhirat maka kita akan mendapatkan jawabannya adalah iman. Betapa iman menjadi keperluan penting bahkan sangat darurat untuk kebaikan dan perbaikan di tengah gelisah kita melihat corak serta tantangan dalam mendidik dan membentengi generasi.

Sendainya kita masih memerlukan bukti bahwa iman punya peranan penting bagi bangkitnya generasi dan peradaban, maka semua itu tercatat dalam sejarah kejayaan Islam. Bahwa imanlah yang menjadi titik tolak perubahan sebuah perkampungan Yastrib, yang kemudian ahirnya menjadi mega kontrol untuk seluruh peradaban Islam yang meliputi Barat dan Timur.

Kekuatan imanlah yang selalu menjadikan jumlah kecil pasukan muslim selalu meraih kemenangan pada masanya. Silahkan simak dan telaah buku-buku sejarah Islam terpercaya maka kita akan temukan keajaiban yang Allah hadiahkan bagi orang-orang yang beriman. Dan akan lebih jelas lagi, jika kita menyimak panduan hidup orang beriman yaitu Alquran. Allah dalam Alquran banyak menjelaskan tentang keutamaan bagi orang-orang yang beriman, bahkan Allah menjanjikan kemenangan dan pertolongan bagi orang yang beriman.

Semoga paparan sederhana ini mampu mengingatkan kita kembali tentang betapa iman adalah bekal yang wajib kita berikan bagi anak dan generasi kita. Pendidikan iman adalah hak anak-anak kita yang mesti kita penuhi, seperti mana kita memenuhi hak makan, minum dan pakaian mereka.

Dalam proses pendidikan dan penanaman iman, kita memerlukan contoh dari uswah hasanah kita yaitu baginda Nabi Muhammad saw. Beliaulah guru terbaik yang pernah ada, dan dari madrasah beliaulah banyak terlahir pemuda dan pemimpin beriman terbaik dalam sejarah. Seperti apakah perhatian dan bagaimanakah cara beliau dalam menanamkan pendidikan iman.

Mari kita simak hadis dari Jundub bin Abdillah Al-Bajali berikut ini. Kami sudah bersama Rasulullah saw sejak kami masih sangat muda, kami belajar Iman sebelum kami belajar Alquran, ketika kami belajar Alquran maka bertambahlah iman kami. (HR Ibnu Majah).

Perhatian Rasulullah terhadap Pendidikan Iman
Jika kita perhatikan hadis-hadis Nabi Muhammad saw, maka kita akan mendapatkan jumlah yang sangat banyak ten­tang perhatian Nabi Muhammad saw terhadap iman anak-anak dan pemuda, dengan segala metode dan cara, sehingga iman mereka kokoh tidak mudah dirobohkan oleh hantaman hawa nafsu dan syahwat.

Mengajarkan iman kepada anak harus dimulai sejak dini, sejak usia menyusui, kemudian sampai masa merangkak dan bisa berucap sapatah dua patah, wajib diulang-ulang mendengarkan iman ke­padanya sehingga tertanam kokoh keimanan dalam hatinya. Dikenalkan Allah yang Maha Agung dengan segala kekuatan-Nya, dikenalkan nikmat-nik­mat yang Allah berikan padanya, mendidik mereka supaya bergantung hanya kepada Allah swt.

Sehingga iman melaju kuat seiring dengan perkembangan tubuhnya. Ketika masuk usia sebelum tamyiz, ajarkan padanya zikir-zikir dan surat-surat pendek sehingga bertambah kuat imannya oleh zikir dan ayat tersebut.

Al-Hasan bin Ali berkata, Rasulullah saw mengajariku beberapa kalimat yang saya ucapkan dalam Salat Witir yaitu. Ya Allah berilah aku petunjuk di antara orang-orang yang Engkau beri petunjuk, berilah aku keselamatan di antara orang-orang yang Engkau beri keselamatan, uruslah diriku di antara orang-orang yang telah Engkau urus, berkahilah untukku apa yang telah engkau berikan untukku, lindungilah aku dari keburukan apa yang telah Engkau tetapkan. Sesungguhnya Engkau yang memutuskan dan tidak diputuskan kepadaku.

Sesungguhnya tidak akan hina orang yang telah Engkau jaga dan Engkau tolong. Engkau Maha Suci dan Maha Tinggi (HR Abu Daud nomor 1425).

Berapakah umur Hasan ketika Nabi mengajarkan doa ini? Berkisar 6- 5, atau 4 tahun, karena usia Hasan 7 tahun ketika Nabi wafat. Witir dilakukan setiap malam, ma­ri kita perhatikan pengaruh doa yang dibaca berulang-ulang dalam jiwa. Hasan tumbuh menjadi pelopor perdamaian antara kedua kelompok yang bertikai.

Kesempatan lain, Abu Said Al-Mualla berkata. “Suatu ketika aku sedang salat di masjid, tiba-tiba Rasulullah memanggilku dan berkata: Maukah kamu aku ajari satu surat yang paling agung yang terdapat dalam Alquran sebelum kamu keluar masjid? Lalu beliau memegang tanganku, dan ketika kami hendak keluar aku berkata, wahai Rasulullah, sesungguhnya engkau telah berkata, sungguh aku akan mengajarkan padamu suatu surat yang paling agung dari Alquran. Beliaupun berkata: Alhamdulillahi Rabbil Alamin. ia adalah As-Sab’u Al-Matsaani dan Alquran yang agung telah diberikan kepadaku” (HR Bukhari: 4.622)
Rasulullah SAW mengajari dia surat Al -Fatihah, mengagungkan surat tersebut dalam jiwanya, membekalinya dengan iman, ia adalah surat yang mengumpulkan nilai keimanan, memahaminya menambah iman. Nabi mengaji surat agung ini ketika Abu Aaid Almualla berusia 9, 8 atau 7 tahun, karena ketika nabi wafat usianya baru menginjak 9 tahun.

Dialog Iman Rasulullah
Kehidupan Nabi Muhammad saw penuh dengan pengajaran dan hikmah, maka jika kita perhatikan sejarah kehidupannya, kita akan dapat perhatiannya terhadap iman anak-anak dan pemuda, agar kita bisa mencontoh metode dan cara mendidik generasi hebat.

Ibnu Abbas adalah anak muda yang cerdas, ketika Nabi wafat usianya 13 tahun, sebelum Nabi wafat, dia pernah mengajari Ibnu Abbas tentang iman dan cabang-cabangnya. Ibnu Abbas berkata: Kami diajari bacaan At-tahayyat seperti kami diajari surat Alquran, Ibnu Abbas berkata: “Segala kehormatan, keberkahan, keselamatan dan kebaikan hanya bagi Allah, selain rahmat dan berkahnya kupanjatkan kepadamu wahai Nabi Muhamad saw, salam keselamatan semoga tetap untuk kami seluruh hamba yang shaleh, Aku bersaksi tiada tuhan melainkan Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah.

Dalam ucapan syahadat di atas, terdapat dasar iman yang kuat, dia adalah permulaan dan pucak keimanan, fondasi yang kuat untuk bangunan keimanan.

Dalam kesempatan lain, Ibnu Abbas meriwayatkan. Pada suatu hari, aku pernah dibonceng di belakang Nabi Muhammad saw, lalu dia bersabda, wahai anak muda, aku akan mengajarkan kepadamu beberapa kalimat: Jagalah Allah niscaya Allah akan menjagamu. Jagalah Allah, maka engkau akan mendapati-Nya di hadapanmu. Jika engkau memohon (meminta), mohonlah kepada Allah, dan jika engkau meminta pertolongan mintalah pertolongan kepada Allah. Ketahuilah jika seandainya seluruh umat berkumpul untuk memberi suatu manfaat kepadamu, maka mereka tidak akan dapat memberi manfaat kepadamu, kecuali dengan sesuatu yang telah ditetapkan Allah untukmu. Sebaliknya, jika mereka berkumpul untuk menimpakan suatu kemudharatan kepadamu, maka mereka tidak akan dapat menimpakan kemudharatan kepadamu, kecuali dengan sesuatu yang telah Allah tetapkan atasmu. Pena telah diangkat dan lembaran-lembaran telah kering”. (HR At-Tirmizi, ia berkata: hadis hasan shahih)

Mari kita amati hadis ini dengan baik, ianya memiliki nilai keimanan yang kuat. Bergantung hanya kepada Allah semata, memohon dan meminta hanya kepada Allah, menanamkan keimanan tentang takdir Allah dalam hatinya, agar tidak memohon selain kepada Allah dan tidak takut kecuali hanya kepada  Allah.

Sepertinya cukuplah paparan di atas mewakili dari sekian banyak contoh dan aplikasi Nabi dalam mengokohkan iman anak dan generasi. Sebagai penutup, ada sebuah ungkapan menarik dari Imam Malik: Tidak akan baik kondisi umat ini kecuali dengan sesuatu yang telah berhasil memperbaiki generasi terdahulu.
Diposkan oleh Tim Liputan Suska News (Suardi, Donny, Azmi, PTIPD)

Dikutip dari Riau Pos Edisi Jumat (30 September 2016)

redaksi@uin-suska.ac.id